Jumat, 02 November 2012
Mahmoud Abbas ( 26 Maret M - Sekarang)
Livedotco - Dalam sejarahnya, Palestina setelah dijajah oleh Israel selalu punya dua agenda. Pertama, jelas menghadapi Israel dan segala agresinya yang tak kenal henti. Kedua, menghadapi orang-orang seperti Yasser Arafat dan atau Mahmoud Abbas. Arafat telah mati, lantas siapa sebenarnya Abbas? Dan kenapa harus dihadapi oleh Palestina?
Abbas, yang secara gegabah dan sewenang-wenang ditunjuk sebagai Presiden Palestina, kerap menyerang Hamas dengan tuduhan-tuduhan yang tak berdasar, semisal bahwa agresi Gaza disebabkan karena serangan roket Hamas ke Israel. Penyataan-pernyataan Abbas kontan membuat banyak media internasional yang telah disetir Yahudi bisa memojokan Hamas sebagai dalang perang di bumi Palestina. Sebenarnya siapakah Mahmoud Abbas?
Mahmoud Abbas yang juga dikenal sebagai Abu Mazen, lahir di Safet, (sebuah kawasn distrik di bagian utara Palestina yang dirampas Israel) pada tanggal 26 Maret 1935. Dia meninggalkan barak pengungsian Suriah pada tahun 1948 dan bekerja sebagai guru SD. Ia merupakan Presiden terpilih untuk Otoritas Nasional Palestina (PNA: Palestinian National Authority) pada 9 Januari 2005.
Abbas lahir dan dibesarkan di Safet. Setamat sekolah dasar di kota itu, ia hijrah ke Suriah setelah perang tahun 1948. Ia melanjutkan sekolah menengah dan perguruan tinggi di kota Damaskus. Setelah tamat dari jurusan hukum Universitas Damaskus, ia mendirikan lembaga Palestina pertama pada tahun 1954 di Suriah. Inilah awal mula karier politiknya.
Awal tahun 1960-an, ia menjadi pegawai Departemen Pendidikan di Qatar dan bersahabat dengan Yasser Arafat (1929-2004). Ia kemudian menjadi anggota Majelis Nasional Palestina pada tahun 1968 dan memimpin perundingan tidak resmi dengan Israel pada tahun 1977.
Ia kemudian mendapat gelar BA dalam bidang hukum dari Universitas Damaskus dan Ph.D. dari Universitas Oriental di Moskow pada Sejarah (pada kontak seharusnya antara gerakan Zionis dan Nazi). Dia bekerja sebagai direktur personalia dalam pelayanan sipil Qatar dan mulai mengelola dan mengatur kelompok-kelompok Palestina. Dia adalah anggota pendiri Fatah dan anggota Dewan Nasional Palestina (sejak 1968) dan Komite Eksekutif PLO. Abbas telah memimpin Departemen PLO untuk Hubungan Nasional dan Internasional sejak tahun 1980 dan terpilih oleh Komite Eksekutif PLO untuk menggantikan Abu Jihad (dibunuh pada bulan April 1988) sebagai ketua portofolio di Wilayah diduduki di Mei 1988. Dia terpilih sebagai sekretaris jenderal Komite pada tahun 1996, informal menegaskan posisinya sebagai wakil Yasser Arafat.
Sejak tahun 1983, ia menjadi anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) serta memimpin komite nasional dan internasional yang berkonsentrasi pada urusan organisasi non-pemerintah. Ia memulai kembali perundingan rahasia dengan pejabat Israel pada tahun 1989 lewat perantara Belanda. Ia tetap menjalankan aktivitas perundingan di balik pintu dengan Israel ketika dan pasca-Konferensi Madrid tahun 1991. Pasca Konferensi Madrid, ia dipercaya menjabat sebagai koordinator urusan perundingan. Ia meletakkan rencana dan pengarahan pada tim perunding Palestina.
Saat Pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat membentuk lembaga perdana menteri, ia ditunjuk untuk menjabatnya tetapi mundur empat bulan kemudian (Juni 2003-September 2003. Ia terpilih secara aklamasi sebagai Ketua PLO sepeninggal Yasser Arafat (11 November 2004). Ia terpilih menjadi Presiden Palestina pada pemilu 9 Januari 2005 dengan 62,3 persen suara. Kemenangan Hamas pada Pemilu Legislatif 25 Januari 2006 menghantarkan Ismail Haniya untuk posisi Perdana Menteri Palestina. Hamas yang semenjak awal perjuangannya menolak mengakui negara Israel membuat kesulitan posisinya, sehingga Abbas berniat menyelenggarakan sebuah referendum pada 31 Juli 2006 untuk menentukan perlu tidaknya Palestina mengakui negara Israel.
Abbas adalah pejabat PLO pertama yang mengunjungi Arab Saudi setelah Perang Teluk pada bulan Januari 1993 dan "meminta maaf" kepada negara-negara Teluk untuk berdiri PLO selama krisis.
Abu Mazen dianggap salah satu tokoh terkemuka Palestina yang ditujukan untuk mencari solusi damai bagi konflik Palestina-Israel. Dia menganjurkan negosiasi dengan Israel dan memulai dialog dengan gerakan Yahudi dan damai pada 1970-an. Dia memimpin perundingan dengan Matiyahu Peled yang mengakibatkan pengumuman "prinsip-prinsip perdamaian" berdasarkan pada negara-solusi dua-pada bulan Januari 1977. Dia juga mengkoordinasikan proses negosiasi selama konferensi Madrid. Kontak yang panjang dengan kelompok kiri Israel memenangkan dirinya reputasi sebagai burung merpati PLO dan ia memimpin tim negosiasi Palestina ke perundingan Oslo rahasia. Itu Abbas yang menandatangani perjanjian perdamaian dengan Israel tahun 1993 pada tanggal 13 September 1993, atas nama PLO. Abbas telah menjadi kepala PLO Negosiasi Departemen Urusan sejak tahun 1994 dan menandatangani Perjanjian Sementara pada bulan September 1995 atas nama PLO.
Dia kembali ke wilayah pada bulan September 1995 setelah 48 tahun di pengasingan dan mengambil tempat tinggal di Gaza dan Ramallah. Abbas menulis account pada negosiasi Oslo berjudul Melalui Saluran Rahasia: The Road to Oslo (1995). Bersama dengan sejawatnya dari Israel Yossi Beilin nya, Abbas menyusun sebuah "Kerangka Kesimpulan dari Perjanjian Status Akhir Antara Israel dan PLO" kontroversial (lebih dikenal sebagai Abu Mazen--Rencana Beilin) pada bulan Oktober 1995 (meskipun keberadaannya ditolak selama lima tahun sebelum diterbitkan pada September 2000). Dia menuju (dengan Uri Savir) sesi pertama Israel-PA pembicaraan status akhir bulan Mei 1996.
Meskipun dianggap sebagai moderat, Abbas juga telah membuat pernyataan radikal banyak, misalnya, mengklaim bahwa Nazi membunuh "hanya beberapa ratus ribu orang Yahudi," tidak enam juta. Dia telah menarik kembali pada beberapa tahun terakhir.
Abbas menjabat sebagai kepala Komisi Pemilu Pusat untuk pemilihan Dewan Legislatif Palestina di Jan.1996. Ia terpilih sebagai wakil untuk Qalqilya. Pada bulan Maret 2003, ia dinobatkan sebagai Perdana Menteri pertama dari Otoritas Palestina, tetapi tidak pernah diberi kewenangan penuh sebagai Yasser Arafat bersikeras bahwa keputusan semua dibersihkan dengan dia. Lebih penting lagi, Arafat mempertahankan kontrol atas layanan keamanan beberapa, yang selanjutnya merusak otoritas Abbas. Ketika Abbas eksplisit menolak untuk membongkar infrastruktur teroris di PA, seperti yang dipersyaratkan oleh peta jalan, proses perdamaian tersendat.
Abbas sangat populer di Amerika Serikat dan dengan sebagian besar orang Israel, tetapi tidak pernah mendapat dukungan dari lebih dari sebagian kecil dari rakyat Palestina. Meskipun dianggap di dunia Arab sebagai otak di balik PLO, ia tidak memiliki karisma Arafat dan dianggap oleh banyak orang Palestina terlalu lunak terhadap Israel. Ia mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri dalam frustrasi pada tanggal 6 September 2003, setelah hanya empat bulan di kantor. Ia digantikan oleh Ahmed Korei
Setelah kematian Yasser Arafat, PA mengadakan pemilihan untuk penggantinya. Abbas terpilih sebagai Presiden pada tanggal 9 Januari 2005, dengan 62% suara, dan dilantik pada tanggal 15. Ia menjabat sebagai presiden medium 15 Januari 2005 sampai 9 Januari 2009, setelah itu presiden palestina digantikan oleh Marwan Barghouti sampai sekarang.
Abbas adalah pemimpin organisasi revolusi pertama yang menyebut aksi perjuangan dan aksi syahid rakyat Palestina dengan sebutan “terorisme” “yang hina” dan senjatanya dengan “sia-sia” dan pemimpin pertama yang melakukan koordinasi keamanan dengan Israel dalam menangkap pejuang bangsanya sendiri. Ia juga presiden pertama yang berangkulan, berpelukan dan mendekap para pembunuh rakyatnya. Tanpa malu ia memuji dan tersenyum dengan para pembunuh itu. Ia berteman baik dengan Ariel SHaron dan George Bush.
Abbas orang pertama yang badan keamanan kepresidennya berani melanggar masjid-masjid Allah, membunuh imam masjid, penghafal Al-Quran, di negerinya sendiri. Darah Syaikh Majdi Bargothi, Muhammad Rafati, Nahidl Nimr, Muhammad Raddad (penghafal Al-Quran) adalah saksi paling nyata dari kesadisan mereka. Di bawah pemerintahan Abbas, polisi di bawah intruksinya yang pertama yang berani melakukan kekerasan terhadap warga sipil Palestina dan melepas jilbab mereka, cadar mereka di jalan-jalan umum dan kampus-kampus. Ketika pertama kali memerintah, penasihat pribadi Abbas menyelundupkan 3400 handphone di mobil dinasnya. Ia juga menyegel lembaga sosial, lembaga penghafal Al-Quran, memvonis jahat lembaga-lembaga yang menyantuni anak yatim dan keluarga korban serta keluarga fakir miskin.
Abbas mempunyai prinsip, “Tidak ada yang dapat menggantikan dialog” yang ia rujuk kepada kepentingan Yahudi tentunya. Tidak heran jika kemudian ia menjadi orang pertama yang komitmen dengan kesepakatan perbatasan profesionalisme yang mengurangi kedaulatannya sendiri dan diberikan kepada Israel. Inilah yang dilakukan ketika ia menyepakati perjanjian perlintasan Rafah yang ditandatangi dengan Muhammad Dahlan dan Israel tahun 2005. Konon, ini juga salah satu hal yang memicu Mesir membuka Rafah untuk Israel dalam agresi Gaza Desember 200
Setelah melepaskan jabatan presiden, Abass masih terlibat dalam dunia politi, seperti pada pemilu lokal Palestina pertama dalam enam tahun terakhir digelar di Tepi Barat.Pemilu digelar setelah beberapa kali ditunda, dan Hamas, kelompok Islamis yang memegang kekuasaan di Jalur Gaza, memboikotnya. Lebih dari setengah konstituen Tepi Barat dilaporkan tidak ikut serta.
Para kandidat dari Partai Fatah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas, yang merupakan partai menguasai sejumlah bagian Tepi Barat, akan menghadapi sejumlah calon independen dan pembangkang.Anggota dari beberapa partai sayap kiri juga ikut dalam pemilihan ini.
Wartawan BBC dari Tepi Barat melaporkan bahwa pemilu ini jauh dari kesan perayaan, kebanyakan warga Palestina menganggap pemilihan akhir pekan ini sebagai simbol disfungsi sistem politik mereka yang terus berlanjut.
Otoritas Palestina, yang dipimpin Presiden Mahmoud Abbas, saat ini tengah menghadapi aksi protes ekonomi terkait peningkatan harga bahan bakar minyak dan kenaikan harga pangan.
Militer Israel mempertahankan kontrol Tepi Barat, tetapi Palestina diberikan sebagian kecil kawasan untuk membentuk pemerintahan lokal.
Di Gaza, Hamas berkuasa di tahun 2007, setahun setelah menang mutlak dalam pemilihan umum.Israel menarik diri dari Gaza di tahun 2005 tetapi tetap memblokir di sekitar kantong Gaza.
Sebuah upaya rekonsiliasi politik antara Fatah dan Hamas, yang bisa mengarah kepada pemilu yang digelar baik di Tepi Barat dan Gaza, tidak pernah menghasilkan kesepakatan.
sumber: id.wikipedia.org
detik.com
islampos.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)